Running Text Atas

Selamat datang || Wellcome || Sugeng rawuh

Marie Curie




7 November 1867, Marie Curie lahir di ibu kota Polandia, Warsawa dengan nama asli Manya Sklodowska. Ia anak kelima keluarga Sklodowska. Ayahnya adalah seorang guru matematika dan fisika, ibunya juga seorang guru. Sejak kecil Manya tumbuh dengan sehat dan lincah, ia sering bermain dengan kakak perempuannya, Bronya. Setiap hari mereka bermain sambil belajar. Pada suatu hari ayahnya memberikan kakak perempuan Manya sebuah buku cerita, tetapi tiba-tiba saja Manya langsung mengambil buku tersebut dan membacanya dengan lancar. Ayah dan ibu Manya pun bingung dan heran, mereka juga khawatir kelebihan Manya tersebut akan mempengaruhi pertumbuhannya karena Manya masih berumur 4 tahun sedangkan kakaknya yang sudah usia sekolah saja belum lancar dalam membaca. Semenjak itu orang tua Manya berusaha menjauhkan dia dari kesempatan membaca. Namun, tempat yang paling disukai Manya adalah perpustakaan ayahnya. Tak lama, Manya masuk sekolah, nilainya sangat istimewa. Dia murid terpandai di kelas. Usianya baru menginjak 10 tahun, tetapi sudah sekelas dengan kakaknya yang berselisih dua tahun.


Polandia saat itu terbagi menjadi 3 yaitu, milik Rusia, Austria, dan Prusia(sekarang Jerman). Manya tinggal di Warsawa, yang sedang dijajah Rusia. Pihak sekolah melarang para pengajar menggunakan bahasa Polandia, mereka harus berbahasa Rusia. Suatu hari seorang murid yang sedang diajar oleh ayah Manya menggunakan bahasa Polandia dalam tulisannya, Kepala Sekolah pun marah dan gara-gara masalah ini ayah Manya diturunkan jabatan dan honornya, tempat tinggal pun dirampas. Meskipun demikian, di sekolah para guru masih sering menggunakan bahasa Polandia untuk menjelaskan sejarah dan bahasa Polandia. Suatu hari, tiba-tiba sirine berbunyi. Inspektur Rusia datang ke sekolah untuk mengadakan pemeriksaan. Saat pemeriksaan tersebut, Inspektur Rusia ingin menanyakan beberapa hal tentang Rusia terhadap salah satu murid. Guru di kelas Manya meminta Manya yang harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pertanyaan demi pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh Manya, dan setelah itu Inspektur Rusia itu pun pergi.

Setahun berlalu, untuk menambah biaya hidup, ayah Manya menerima sepuluh anak kost di rumahnya.Tiba-tiba kakak Manya, Zoshia dan Bronya terkena typhus. Beberapa hari, kemudian Bronya sembuh, tetapi Zoshia meninggal. Dua tahun kemudian, ibunya sakit parah dan tak lama kemudian meninggal. Saat itu Manya baru berusia 12 tahun.

Manya masuk sekolah menengah atas putri saat berusia 14 tahun. Manya yang nakal sering bentrok dengan ibu guru Rusia di sekolah. Setiap hari Manya dan temannya tak pernah lupa meludahi tugu berukir “Dipersembahkan pada Bangsa Polandia yang setia”. 6 Maret 1883, Manya lulus sebagai murid yang paling pintar dan ia memperoleh banyak hadiah. Tetapi Manya tidak senang, bahkan ia membuang hadiah-hadiah tersebut, karena hadiah tersebut merupakan buku Rusia. Manya ingin melanjutkan sekolahnya ke Universitas Sorbonne di Paris. Tetapi uang yang dibutuhkan untuk bisa melanjutkan di Universitas Sorbonne tidak sedikit.

Karena nilai Manya sangat bagus, ayahnya memutuskan agar dia hidup di desa selama setahun. Selama setahun, Manya tak memikirkan pelajaran, ia melewatkan hari-hari libur dengan penuh kesantaian. Setelah istirahat satu tahun, Manya mulai menjadi guru privat. Demi memperoleh gaji, Manya harus menerima banyak penderitaan dan penghinaan. Meskipun demikian, Manya merasa terhibur karena setiap hari ia bisa berkumpul dengan ayah dan saudara-saudaranya. Mereka membaca syair, novel dan berdiskusi bersama. Manya merasa hidupnya penuh kebahagiaan.

Manya juga mengikuti pergerakan mahasiswa, mempelajari mata pelajaran pengetahuan, analisis, ilmu sosial dan lain-lain. Manya masih juga mengajar pekerja wanita di pabrik. Setiap pulang selalu merasa letih. Kendati begitu ia masih harus belajar berbagai buku pengetahuan, filsafat, dan bahasa. Pada suatu hari Manya melihat Bronya kakaknya sedang menghitung uang tabungan. Bronya juga ingin sekali masuk Universitas Sorbonne jurusan kedokteran. Tetapi ternyata tabungan Bronya belum cukup. Mendengar hal tersebut, Manya ingin membantu Bronya. Agustus 1885, Bronya berangkat ke Paris.

Manya menjadi guru privat di sebuah keluarga kaya, namun karena ia diperlakukan seperti pembantu di keluarga tersebut Manya memilih berhenti, kemudian ia pergi ke tempat yang lebih jauh agar memperoleh gaji yang lebih tinggi. Setelah menempuh perjalanan 3-4 jam dalam salju akhirnya Manya menemukan tempat untuk menjadi guru privat yang baru. Setiap harinya ia mengajar selama 7 jam. Dalam satu keluarga tersebut ia mengajar kakak beradik Bronka dan Andzia. Karena seumuran, tak lama kemudian Bronka dan Manya jadi bersahabat. Mereka sering berjalan-jalan bersama. Suatu hari Bronka dan Manya melihat sekumpulan anak kecil yang sedang bermain, mereka bercengkrama dengan anak-anak tersebut. Ternyata anak-anak tersebut tidak bersekolah. Bronka minta ijin pada ayahnya memakai rumah kecil yang tak terurus. Kedua sahabat ini secara sembunyi-sembunyi mengajari anak-anak membaca dan mengajari bahasa Polandia. Walaupun murid-murid belajar agak lamban, tapi lambat laun berhasil membaca dan menulis. Dengan begitu, Manya sibuk sepanjang hari, pekerjaanya menumpuk. Manya hanya bisa belajar di malam hari. Dan menambah pengetahuan ilmu pasti dari ayahnya lewat surat menyurat.

Pada saat kakak Bronka yang bernama Casimir pulang berlibur dari Warsawa, ia jatuh cinta pada Manya. Mereka berdua akhirnya menjadi sepasang kekasih. Mereka bahkan merencanakan pernikahan. Namun orang tua Casimir menentang keras. Akhirnya Casimir pulang ke Warsawa. Sementara Manya masa bodoh dan tetap mengajar. Kehidupan seperti ini berlangsung selama 2 tahun.

Tak lama kemudian Manya menerima surat dari ayahnya. Dalam surat tersebut ayahnya meminta Manya pulang, ayahnya sudah pindah mengajar ke Sekolah Pendidikan Anak-anak Nakal, ayahnya menjabat sebagai Kepala Sekolah. Mei 1889 Manya pulang ke Warsawa dan mulai dengan kehidupan mengajar. Setahun kemudian Manya minta berhenti mengajar dan ingin membantu kakak-kakaknya. Tak lama kemudian Manya untuk pertama kalinya masuk ruang praktikum di sebuah museum pertanian yang dikelola kakak sepupunya. Dengan begitu semangatnya bangkit kembali. Sejak itu Manya selalu berusaha datang ke ruang praktikum untuk mengadakan percobaan. Rasa penasarannya untuk bereksperimen dimulai sejak saat ini.
September 1891 Manya bertemu dengan Casimir untuk terakhir kalinya, karena Manya memutuskan untuk berpisah dengan Casimir. Dan pada bulan Oktober 1891 Manya memutuskan untuk pergi ke Paris, melanjutkan studinya di Universitas Sorbonne yang ia impikan selama ini dan tinggal bersama Bronya kakaknya. Tiga hari kemudian manya sampai di Paris. Di rumah, Bronya sudah menunggu dengan suaminya yang juga seorang dokter. Bulan November Manya masuk ke Universitas Sorbonne yang didambakannya, ia memilih fakultas fisika. Manya adalah gadis yang cantik dan cerdas, maka banyak mahasiswa laki-laki yang menyukai Manya. Namun bahasa Prancis Manya kurang bagus, dasar matematika dan fisikanya juga kurang baik, maka ia sering banyak bertanya pada dosen. Sepanjang hari Manya sibuk kuliah, membuat catatan dan percobaan. Di Paris ini namanya berubah menjadi Marie. Melengkapi catatan, latihan dan mengulang, dia tak ingin membuang waktunya sedikitpun untuk mengobrol.

Tetapi rumah Bronya sangat jauh dari kampus, Marie harus meluangkan waktu 2 jam naik kendaraan dari rumah hingga kampus. Hal ini dirasa sangat memboroskan bagi Marie. Tak lama kemudian Marie pindah ke tempat kost di dekat kampusnya. Kehidupan Marie sangat hemat, ia tak peduli angin, hujan, salju, ia selalu berjalan kaki. Dan selalu berusaha berada di perpustakaan sampai malam. Dia tak punya waktu untuk berteman, bahkan sampai berkencan pun tidak pernah, meskipun banyak sekali pemuda yang mengajaknya kencan, nonton, pergi ke pesta, bahkan ada yang berkali-kali menyatakan cinta padanya tetapi Marie tak peduli. Suatu hari saat dikerumuni para pemuda-pemuda di kampus, Marie jatuh pingsan karena tak sempat makan apa-apa hari itu. Manya di dijemput kerumah Bronya untuk beristirahat disana.

Juli 1893 Marie lulus peringkat satu di bidang fisika dan segera kembali ke Polandia. Dua bulan kemudian Marie mendapat beasiswa dari yayasan Alexandrovitch, dan berangkat lagi ke Paris. Tahun ajaran baru dimulai, Marie kembali kuliah di Universitas Sorbonne jurusan matematika. Ia juga melakukan berbagai percobaan mengenai magnit baja. Awal musim semi tahun 1894, Marie dikunjungi oleh ahli fisika Polandia, Kovalski.

Dari Professor Kovalski inilah Marie dikenalkan dengan seorang ahli teori magnit, Piere Curie. Pertemuan pertama mereka dihabiskan untuk membicarakan tentang teori magnit. Hal itu membuat kesan yang sangat dalam bagi masing-masing pihak. Piere tidak menyangka bahwa ada seorang perempuan yang sangat cerdas tetapi hangat seperti Marie. Beberapa hari kemudian dalam pertemuan seminar fisika, Marie dan Piere bertemu kembali dan Piere menghadiahkan sebuah buku. Hari kedua Piere bertanya alamat rumah Marie, dan Marie memberitahukannya. Malam itu juga Piere mengunjungi tempat tinggal Marie. Semenjak itu, Piere sering datang ke tempat Marie dan ruang laboratoriumnya, dengan gembira mereka membicarakan pengetahuan, kehidupan, dan banyak hal lain. Beberapa bulan kemudian hubungan mereka kian akrab. Pada bulan Juni Marie diundang ke desa menemui orang tua Piere.

Juli 1894 Marie lulus sarjana matematika di Sorbonne dengan predikat ranking dua. Marie memutuskan untuk kembali ke Polandia, tetapi Piere mencegah dengan alasan jika Marie menetap di Polandia maka ia tak akan bisa melanjutkan eksperimen. Marie tetap pulang ke Polandia, di rumah ia dan ayahnya bertamasya ke seluruh tempat wisata sepanjang musim panas. Dimanapun Marie berada, surat Piere selalu menanti disana. Pada awal Oktober Marie kembali ke Paris. Sesampainya di Paris Piere telah menanti Marie. Saat mereka sedang beristirahat, Piere mengatakan pada Marie bahwa ia ingin menikahi Marie. Mendengar hal tersebut Marie sangat gugup dan bimbang, karena jika ia menikah dengan Piere maka ia harus tinggal di Paris dan meninggalkan Polandia. Selama beberapa bulan Marie memikirkan hal tersebut, Bronya pun menyadari hal tersebut dan menanyakan pada Marie yang terjadi. Atas saran Bronya, akhirnya pada tanggal 26 Juli 1895 Marie dan Piere menikah. Mereka berbulan madu di desa, dan mereka terlihat sangat bahagia.

Setalah menikah, Marie pun belajar menjadi istri yang baik. Ia belajar memasak dan mengurus rumah, tetapi ia juga tetap bereksperimen. Setiap hari, 8 jam waktu Marie digunakan untuk eksperimen, dan 2-3 jam untuk mengurus rumah. Malam hari setelah membuat catatan Marie belajar bersama Piere hingga jam 2 atau jam 3 malam. Tak lama kemudian Marie lulus tes masuk sebagai guru SMA dengan predikat terbaik.

Tahun kedua pernikahan, pusing, mual dalam masa kehamilan menyebabkan Marie merasa sedih, tetapi dia harus tetap belajar dan terus bereksperimen. September 1897 Marie melahirkan seorang putri bernama Irene. Sejak itu Marie bukan hanya sebagai istri, ibu rumah tangga, ilmuwan, tapi juga seorang ibu yang baik.

Tiga bulan kemudian Marie menyelesaikan penyelidikan magnit baja dan mengembalikan sisa beasiswa Alexandrovitch. Program Marie selanjutnya adalah meraih gelar Doktor. Tahun 1895 ilmuwan fisika Jerman bernama Wilhelm Rontgen menemukan sinar-X. Kemudian banyak ilmuwan yang tertarik pada sinar-X termasuk ilmuwan Prancis Henri Becquerel. Suatu saat dia ingin melihat keadaan sinar matahari yang dipancarkan diatas Kristal Potasium Sulfat. Tiga hari kemudian dia mencuci lembaran fotografis yang diletakan bersama uranium sulfat, dan Kristal itupun bersinar. Dan Henri Becquerel menemukan bahwa uranium metal mengandung radioaktif.

Berdasarkan temuan Henri Becquerel ini, membuat Marie dan Piere bersemangat mengadakan eksperimen tentang radioaktif. Setelah Piere berjuang menghadapi pihak sekolah akhirnya mereka dipinjami gudang yang jelek untuk dijadikan sebagai laboratorium untuk penelitian Piere dan Marie. Tak lama kemudian mereka menemukan kesimpulan bahwa radioaktif tidak terpengaruh oleh bentuk kimia uranium dan penyebab lain misalnya sinar atau suhu. Maka Marie mulai mengadakan percobaan terhadap atom yang telah diketahui. Marie memutuskan untuk menamakan atom uranium; thorium yang beradioaktivitas sebagai radioaktif. Lalu Marie meneliti thorium hijau tua. Ternyata aktivitasnya empat kali lipat dibanding thorium. Karena merasa belum percaya, Marie mengulangi percobaan tersebut, dan hasilnya tetap sama walaupun Marie telah mengulanginya sampai sepuluh kali. Marie pun berkonsultasi dengan gurunya yaitu Profesor Lippmann. Tak lama kemudian Profesor Lippmann juga memperoleh kesimpulan yang sama dengan Marie. Dan Profesor Lippmann mengumumkan bahwa Marie Currie telah menemukan unsur baru yang mengandung radioaktif dalam thorium hijau tua. Para ilmuwan yang mendengar hal tersebut ada yang belum percaya. Akhirnya Marie mengatakan bahwa untuk mengetahui hal tersebut harus dilakukan pemisahan unsur baru yang murni. Saat itu Piere memutuskan bergabung dengan Marie untuk memisahkan unsur baru tersebut.

Mula-mula mereka memisahkan berbagai elemen dalam tambang dengan proses kimiawi, lalu mengukur keaktifannya. Setelah mengadakan penyelidikan berturut-turut yang melelahkan, pada bulan Juli 1898 mereka menemukan unsur murni tersebut. Karena unsur tersebut belum mempunyai nama, maka Marie menamainya dengan POLONIUM, yang berasal dari tanah kelahiran Marie, Polandia.

Dalam masa ini, kehidupan suami istri Curie, selain lebih buruk, mereka lebih miskin. Untung saja ada kakek Irene yang tak lain ayah dari Piere yang selalu membantu mengasuh Irene sehingga Irene bisa tumbuh baik dan sehat. Setiap hari Marie dan Piere selalu ke laboratorium untuk mengadakan penelitian. Suatu hari Piere merasakan keanehan, meskipun telah memisahkan thorium dengan polonium, keradioaktifannya masih sangat kuat, mereka menamai elemen baru tersebut RADIUM. Desember 1898 suami istri Curie mengumumkan elemen baru kedua. Dalam pertemuan tersebut terjadi berdebatan sengit, karena selama ini meraka tak pernah mendengar radioaktif keluar dari dalam atom. Lagi-lagi mereka ingin melihat radium murni. Suami istri Curie berusaha kian kemari mencari seseorang yang mau membantu penelitian mereka terutama dalam hal biaya, karena mereka membutuhkan banyak sekali batu tambang untuk memperoleh radium murni. Mereka terpaksa kembali ke gubuk jelek yang terlantar milik sekolah itu. Tak lama setelahnya, ada kabar baik, pemerintah Austria mau menyumbang 1 ton ampas tambang thorium hijau tua, walaupun biaya pengangkutan tetap harus ditanggung sendiri, tetapi itu melegakan.

Tak lama kemudian thorium-thorium itu pun datang, Piere dan Marie sangat gembira. Mereka langsung membagi tugas, Piere yang bertanggung jawab menentukan sifat radium, sementara Marie melanjutkan pekerjaan pemisahan. Namun, pekerjaan nyata jauh lebih sulit dari yang dibayangkan, musim panas dalam ruang gubuk menjadi semakin panas. Sedangkan jika musim salju tiba, dinginnya terasa seperti es. Yang paling tragis jika ada kebocoran dalam ruangan ini tak ada cerobong asap yang dapat mengeluarkan gas beracun, sehingga kebanyakan pekerjaan mereka laksanakan di luar rumah. Suami istri Curie mengerjakan pekerjaan itu selama 4 tahun. Dalam masa ini mereka tak pernah berhenti menulis artikel mengenai radioaktif dan unsurnya. Demi memperoleh biaya hidup dan eksperimen, Piere melanjutkan mengajar di Perguruan Tinggi, namun biaya terus meningkat melebihi penghasilannya.

Piere diusulkan oleh teman-teman sesama pengajar di Sorbonne untuk diberi gelar Profesor atas keberhasilannya mengadakan eksperimen Kristal, magnit, dan sinar. Tetapi ternyata pihak Universitas tidak menyetujui hal tersebut. Pada saat itu juga Piere dan Marie diundang oleh Perguruan Tinggi Jenewa untuk mengajar di sana. Tetapi karena Jenewa sangat jauh, dan jika mereka tetap pergi mereka tidak bisa melanjutkan pemisahan radium, sehingga undangan itupun ditolak. Oktober 1900 dibawah tekanan ekonomi yang sulit, Piere mengajar di Sorbonne dan Marie mengajar di Sekolah Putri Sevres. Dalam satu minggu Marie harus beberapa kali pulang pergi Paris-Sevres. Begitu pula dengan Piere, setiap hari ia selalu mondar-mandir, Sorbonne, rumah, dan laboratorium. Bersandarkan tekad Marie tetap bertahan, namun seringkali jika bukan Irene yang sakit, maka Piere sakit, atau kadang kala dirinya sendiri yang sakit. Akhirnya saat musim panas tiba Marie dan Piere meluangkan waktu untuk pergi bertamasya, tanpa meninggalkan obrolan tentang radium.

Semakin lama pekerjaan semakin sulit. Suatu hari Piere merasa putus asa dan menginginkan agar untuk sementara waktu pekerjaan tersebut dihentikan dulu, menunggu hingga mereka mendapatkan biaya yang memadai. Tetapi Marie tetap bersikukuh agar pekerjaan tersebut diselesaikan. Pada malam hari di bulan April 1902, Marie dan Piere mendatangi laboratorium jelek miliknya dan saat itu lampu belum dinyalakan, dalam ruangan tersebut terlihat cahaya yang memancar. Akhirnya setelah bekerja keras selama 3 tahun 9 bulan Piere dan Marie berhasil memisahkan 0,1 gram radium murni. Mereka berdua sangat terharu dan bangga atas keberhasilannya.

Tak lama setelah keberhasilannya memisahkan radium murni, Marie mendapatkan telegram dari Warsawa. Namun, begitu Marie tiba di Polandia, ayahnya ternyata telah meninggal. Pukulan yang berat ditambah rasa letih yang terus menerus membuat Marie sering berjalan dalam tidur. Meski dalam kondisi sakit, dia masih menyempurnakan laporan eksperimen, dan menulis thesis untuk gelar doktornya. Pada tahun 1899 hingga 1904 suami istri Curie telah menulis 32 artikel dan tak henti-hentinya berdiskusi dengan para ilmuwan untuk mengembangkan eksperimen radioaktif. Selanjutnya teori tentang atom dikembangkan oleh Ernest Rutherford berdasarkan hasil temuan dari Marie. Yang membuat orang tertarik adalah dalam sebuah berita harian Paris dinyatakan bahwa “ Radium penolong kanker! Suami istri Curie bisa merusak dinding sel yang sakit, dan menyembuhkan tumor dan kanker.” Piere mengusulkan pada Marie untuk mempatenkan temuan mereka agar mereka bisa menggunakan uang dari hak paten tersebut untuk mengembangkan penelitian dan mendirikan laboratorium yang lebih baik. Namun Marie menolak, dengan alasan tidak mau mencari keuntungan untuk diri sendiri dan itu bukan merupakan jiwa seorang ilmuwan.

Bulan Juni tahun 1903 Marie menyelesaikan thesis, lulus tes lisan dan memperoleh gelar doktor, saat itu Marie sedang hamil muda anak kedua. Tak lama kemudian Marie melahirkan anaknya yang kedua, namun karena terlalu letih, dan bekerja terlalu keras pada saat hamil Marie melahirkan premature, sehingga anak kedua pun meninggal. Selanjutnya Piere tersiksa karena penyakit reumatiknya. Saat itu Marie sangat takut jika salah satu diantara mereka meninggal terlebih dahulu.

Desember tahun 1903 di Swedia, Piere dan Marie mendapatkan Nobel dalam bidang fisika bersama dengan Henri Becquerel, atas keberhasilannya dalam menemukan radioaktif. Kebanggaan hadiah Nobel menyebabkan suami istri Curie menjadi pusat perhatian seluruh dunia. Undangan pesta tak henti-hentinya datang hingga mereka bosan. Berbagai negara di Eropa berebut mengundang suami istri Curie untuk berceramah. Universitas Sorbonne juga menetapkan Piere Curie sebagai penceramah bidang fisika. Lalu mereka membangun laboratorium Piere sebagai ketua dan Marie sebagai wakilnya. Selanjutnya Piere lebih giat mengajar dan bereksperimen.

Di tahun ini juga Marie hamil lagi dalam kondisi yang keletihan. Desember 1904 Marie melahirkan putrinya yang kedua, Eve. Seiring dengan tumbuhnya Eve, kesehatan Marie berangsur-angsur pulih dan ia mulai mengajar serta berksperimen kembali. Pada bulan Juni 1905 sumi istri Curie berceramah di Swedia. Pada bulan Juli Piere dipilih menjadi ketua ilmuwan Prancis. Walaupun mereka terus bekerja siang dan malam, dalam satu tahun mereka mempunyai acara hiburan selama 7 sampai 8 kali.

Pada tanggal 19 April 1906 Marie diajak Piere untuk pergi ke laboratorium, tetapi dirumah Marie sedang sangat sibuk, sehingga Piere pergi sendiri. Sekitar jam 3 sore sepulang dari laboratorium dan saat itu hujan deras Piere mengalami kecelakaan karena tertabrak kereta kuda saat sedang berjalan kaki. Piere pun tak tertolong, ia meninggal di usia yang masih cukup muda, 33 tahun. Marie sangat terpukul dan sempat tak punya semangat hidup. Dia selalu ingat Piere dimana pun dia berada. Marie membakar barang-barang milik Piere untuk sedikit melupakannya. Setelah dua hari pemakaman, pemerintah resmi mengumumkan memberi sejumlah uang tunjangan pada keluarga Piere. Setiap hari hiburan paling besar bagi Marie adalah bicara dengan Piere dalam buku harian. Tanggal 10 Mei Marie diminta menggantikan Piere untuk memberikan ceramah tentang fisika modern dan pemisahan molekul oleh suatu universitas.

Setiap pagi, Marie naik kereta dan kursi yang tetap untuk pergi ke laboratorium. Meskipun sudah lama Piere meninggal, Marie masih juga belum bisa melupakannya dan belum terbiasa melewati hari-hari tanpa Piere. Ayah Piere dan pembantu rumah tangganya adalah asisten Marie yang baik. Namun bulan Februari 1910 ayah Piere meninggal. Demi mendidik anak-anak, Marie dan beberapa dosen Sorbonne mengadakan kerja sama. Marie setiap hari menjadi guru yang berbeda dengan memberi pelajaran pada sepuluh lebih anak-anak. Tahun 1910 Marie menerbitkan buku “Daya Radioaktif” yang dipersembahkan untuk suaminya tercinta, Piere Curie. Kini Marie membimbing kelompok kecil yang terdiri dari 8 – 10 orang.

Karena bekerja terlalu letih, Marie merasa kesehatannya terganggu, kedua tangannya bengkak karena sinar radium. Namun dia tetap bereksperimen dan menyelesaikan beberapa buku penting, diantaranya “Klasifikasi Atom Beradiasi” dan “ Daftar Kemampuan Beradiasi”, dan ia pun menentukan simbol internasional radium. Januari tahun 1911 dia dicalonkan menjadi ketua organisasi ilmuwan. Desember, Akademi Nobel Swedia mengumumkan Marie mendapat hadiah Nobel dalam bidang kimia. Dua kali memenangkan Nobel membuat nama Marie memperoleh penghormatan. Namun keusilan para wartawan dan fitnah masyarakat datang bertubi-tubi. Orang bahkan membuat isu bahwa dia berhubungan gelap dengan seorang siswa. Mendapat tekanan seperti itu akhirnya Marie jatuh sakit, setelah mendapat istirahat yang cukup Marie pun pulih kembali.

Tahun 1913 Marie kembali ke Warsawa memberi seminar dan mengunjungi keluarga. Ia pun bertamasya bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya selama musim panas. Tahun 1914 laboratorium radium selesai dibangun. Saat Marie ingin melakukan eksperimen baru, meletuslah perang. Marie segera medatangi berbagai Universitas dan pabrik, mengumpulkan alat sinar-X yang masih bisa dipakai, kemudian diantar ke berbagai rumah sakit. Dengan fasilitas ini dokter segera dapat mengetahui posisi peluru dalam tubuh sehingga mudah dalam melakukan operasi. Karena Marie melihat semakin banyak tentara yang terluka, maka ia meminjam 20 kendaraan pada orang-orang kaya dan dari hasil itu ia membuat mobil berperlengkapan atom radiasi, sinar-X dan alat-alat listrik untuk memberi pertolongan dan patroli ke berbagai rumah sakit. Irene yang saat itu berusia 17 tahun menyusul untuk menjadi asisten ibunya. Hingga perang berakhir, Marie telah melengkapi 20 kendaraan dengan sinar-X, dua ratus lebih ruang perawatan dan mendidik 150 perawat, sedang pasukan yang tertolong mencapai satu juta orang. November 1918, perang berakhir, Prancis menang dan Polandia akhirnya merdeka.

Setelah perang Marie segera melanjutkan eksperimen yang sempat putus. Saat ini Irene yang berusia 21 tahun menjadi asisten di laboratorium, dan menjadi ilmuwan. Mei 1920 Marie diwawancarai oleh wartawan Amerika M. Meloney. Dalam wawancara tersebut Marie mengatakan bahwa dirinya tak memiliki radium sedikitpun. Sepulang dari Amerika, Meloney segera mengumpulkan dana membeli 1 gram radium untuk Marie. 20 Mei Presiden Amerika menghadiahkan 1 gram radium pada Marie.

Tahun 1923 sekolah kedokteran memberikan jabatan ketua untuk Marie. Tak lama kemudian Yayasan Curie terbentuk dan dengan hangat merayakan 25 tahun penemuan radium. Mei 1932, laboratorium radium di Warsawa yang dipimpin Marie selesai dibangun dan ini terakhir kalinya Marie ke Polandia. Tahun 1926, Irene menikah dengan ilmuwan berbakat, Jean Frederick Joliot, tak lama setelahnya Irene melahirkan seorang putri dengan nama Helene.

Dalam keadaan apapun Marie tak pernah berhenti melakukan eksperimen, meskipun ia telah berusia 65 tahun. Namun begitu, semangatnya melakukan eksperimen tak berkurang, sepanjang malam dia tak pernah tidur. Tenaga ilmuwan yang telah beruban ini kebanyakan dicurahkan untuk memupuk para siswa. Dia juga tak kenal lelah mengunjungi para pejabat, meminta beasiswa untuk siswa berprestasi dan menyempurnakan fasilitas laboratorium. Di bawah bimbingan Marie, dari tahun 1919 hingga 1934, laboratorium radium mengeluarkan 483 buah artikel hasil eksperimen, 31 diantaranya milik Marie. Penglihatan Marie mulai kabur akibat katarak. Seluruh orang di laboratorium pura-pura tidak tahu. Setelah empat kali operasi penglihatannya mulai pulih kembali. Tahun 1933 Marie menemukan dirinya terkena leukemia, tetapi dia masih bertamasya bersama Bronya. Sampai setengah perjalanan ia kelelahan dan terserang flu. Mei 1934 Marie jatuh sakit kembali hingga akhirnya pada tanggal 7 Juli 1934 Marie Curie meninggal dunia di usia 67 tahun karena leukemia akibat terkena radiasi radium secara terus menerus. Tahun 1935 buku terakhir Marie “Radioaktif” terbit bulan Desember, Irene dan Joliot memperoleh hadiah nobel bidang kimia atas penemuan radioaktif buatan.