Running Text Atas

Selamat datang || Wellcome || Sugeng rawuh

Cangkir yang Cantik


Suatu kisah, ada sepasang kakek dan nenek yang yang sedang berhati riang menyambut ulang tahun cucu tercinta mereka.


“ Kakek, minggu depan cucu kita ulang tahun yang ke-tujuh. Kakek mau memberi hadiah apa?” ucap sang nenek pada sang kakek di suatu pagi yang cerah.

“Apa ya, nek? Kakek ingin memberi sesuatu yang bermanfaat dan indah warnanya. Dia pasti suka benda yang berwarna –warni!” jawab sang kakek.

“Kita pergi ke toko souvenir saja, kita pilih hadiahnya di sana!”


Kakek dan nenek tadi pun langsung pergi ke sebuah toko souvenir yang terletak tidak begitu jauh dari kediaman mereka. Sesampainya di sana, mereka bingung memilih hadiah apa yang hendak dibeli sebagai kado untuk ulang tahun cucu mereka. Setelah mempertimbangkan agak lama, akhirnya mereka sepakat memilih sebuah cangkir tanah liat yang dihiasi lukisan yang cantik penuh warna.

“Nek, cangkir ini saja yang kita beli untuk kado ulang tahun cucu kita. Cangkir ini sepertinya bermanfaat. Cangkir ini bisa digunakan untuk minum, selain itu bentuknya bagus, lukisannya juga indah, cucu kita pasti suka!” ucap sang kakek.

“Iya, cangkir ini saja, nenek setuju. Kalau begitu nenek akan ambil cangkir ini dan membayarnya” sahut sang nenek.

Namun, sebelum sang nenek mengambil cangkir tersebut, mereka dikejutkan dengan sebuah suara yang membuat mereka kaget,

“Tunggu sebentar…”

Mereka menoleh ke belakang dan terheran-heran, tidak ada orang lain di sekitar mereka, lalu dari mana datangnya suara tersebut…

Sebelum mereka memutuskan untuk bertanya kepada penjaga toko, suara tersebut terdengar lagi…

“Ini aku, cangkir yang akan kalian beli.” ucap sang cangkir.

“Oh, ternyata kamu, ada apa?” tanya sang nenek.

“Sebelum kalian membeliku, aku ingin bertanya. Kenapa kalian ingin membeliku?” tanya sang cangkir.

“Kami memilihmu sebagai hadiah untuk ulang tahun cucu kami. Bentukmu bagus, warnamu indah, dan kamu juga bermanfaat. Cucu kami pasti senang mendapatkan hadiah seperti kamu.” jawab sang nenek.

“Tapi, tahukah kalian? Dulu aku hanyalah sebongkah tanah yang jelek, tanah yang selalu dibiarkan oleh semua orang. Tak ada orang yang memperhatikanku, apalagi memujiku. Sampai suatu hari, ada seorang lelaki tua yang menghampiriku, ia kemudian membawaku ke rumahnya. Aku senang sekali, karena akhirnya ada orang yang mau menolongku. Tapi, ternyata dugaanku salah. Lelaki tadi justru memperlakukanku sangat kasar. Ia melemparku ke sebuah papan kayu, lalu dengan tangannya yang kuat, ia meninjuku berkali-kali, aku kesakitan.

“Apa yang kau lakukan wahai lelaki tua?”

“Kau menyakitiku, sakit.” ucap sang cangkir.

“Sudah, hentikan!” pinta sang cangkir.

“Belum” jawab lelaki tua.

Lelaki tadi tak berhenti meninjuku, malah kemudian ia menyiramku dengan air, lalu meninjuku lagi berkali-kali. Setelah agak lama, ia berhenti memukulku, aku senang karena ternyata akhirnya ia berhenti menyakitiku. Tapi dugaanku salah, sekarang ia malah memutar-mutar tubuhku sambil menekan tubuhku dengan kuat. Aku tidak tahan, aku merasa kesakitan, aku pusing,.

“Hentikan….!" teriakku pada lelaki tersebut.

“Belum…!” jawab sang lelaki tersebut.

Ia terus menyakitiku. Setelah beberapa lama, akhirnya ia berhenti. Aku senang, akhirnya penderitaanku berhenti. Tapi…. Ternyata, dugaanku salah lagi, ia menghampiriku, kemudian memasukanku ke sebuah tungku pembakaran. Dengan cepat ia menyalakan api dan membakarku.

Aku kepanasan, aku tidak tahan….

“Sudah, hentikan!” teriakku lagi…

“Belum…!” Jawab sang lelaki tersebut.


Setelah beberapa lama, akhirnya api di sekelilingku mulai padam. Kemudian ia mengambilku. Lalu menaruhku di sebuah tempat yang sejuk. Entah apa yang akan ia lakukan lagi, tapi sepertinya ia sudah bosan denganku. Aku dibiarkan sendirian terkena angin. Aku sedih, lagi-lagi aku dibiarkan sendirian tanpa teman yang bisa diajak berkeluh kesah tentang penderitaan yang baru kualami.

Setelah beberapa lama, lelaki tadi menghampiriku lagi. Aku senang karena ternyata ia masih ingat kepadaku. Dengan hati-hati ia mengambilku, dan…….. ternyata ia menaruhku di tempat pembakaran lagi, dan kali ini ia membakarku dengan api yang lebih panas.

“Hentikan! Sudah!” … teriakku sambil menahan panas.

“Tolong hentikan, panaaaaas.”

“Belum….” Jawab sang lelaki tersebut .

Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menahan panas di sekelilingku.

Beberapa lama kemudian, api di sekelilingku mulai padam. Kemudian, ia mengamatiku dengan teliti. Ia tersenyum puas. Apakah mungkin ia sudah puas dengan apa yang telah ia lakukan padaku. Entah apa yang ada dipikirannya, aku tidak tahu, tapi sekarang ia begitu senang melihatku. Aku dibawanya ke sebuah tempat terbuka, dan lagi-lagi ia meninggalkanku sendirian…….

“Oh Tuhan, apa yang terjadi pada diriku. Kenapa aku diperlakukan seperti ini?” aku meratapi penderitaan dan kesedihan yang ku alami.

Beberapa lama kemudian, datang seorang wanita cantik menghampiriku. Ia melihatku dan tersenyum manis.

“Waaaah…. Sedikit sentuhan lagi kau akan menjadi pujaan orang.” ucap wanita tadi padaku.

Aku tidak mengerti apa yang ia katakan. Yang ada dalam pikiranku sekarang adalah aku tidak akan menderita lagi, sudah ada seorang wanita cantik yang akan menemaniku. Aku senang sekali. Dengan kain yang lembut, ia membersihkanku dari debu, dengan lembut ia membelaiku. Aku senang sekali.

Kemudian ia membawaku ke sebuah ruangan yang terang. Ia menaruhku di sebuah meja kayu kecil. Tak berapa lama kemudian, ia menghampiriku dan……

Ia mencorat-coret tubuhku dengan cairan yang baunya sangat menyengat. Apa yang ia lakukan?

“Hei, hentikan.”

“Apa yang kau lakukan?”

“Bau apa ini, aku merasa pusing, tolong hentikan!” pintaku memelas kepadanya.

“Belum!” jawab wanita tadi.

Ia terus moncorat-coret tubuhku. Aku hanya bisa diam menahan pusing yang kurasakan. Sampai kapan penderitaanku akan berakhir…

Setelah puas moncorat-coret tubuhku. Ia kemudian membawaku ke sebuah ruangan terbuka, dan ia meninggalku sendirian. Lagi-lagi aku sendirian, tidak ada yang mau menemaniku lagi. Aku sedih. Aku sedih sekali….

Esoknya, wanita tersebut manghampiriku. Ia mengamatiku dengan teliti, lalu ia tersenyum bangga. Kemudian ia membawaku kepada laki-laki yang telah membuatku menderita. Aku mulai takut, apa yang akan dilakukan laki-laki tersebut. Jangan-jangan ia akan mengulangi perbuatannya seperti beberapa waktu yang lalu.

Ia menghampiriku, dan…… ia menciumku sambil tersenyum bangga. Apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wanita tadi kemudian mengambil kain yang sangat lembut. Ia membersihkanku, membelai-belaiku. Lalu ia membawaku ke sebuah ruang penuh cermin. Ternyata ia membawaku ke sebuah toko souvenir. Ia lalu menaruhku di depan sebuah cermin, dan aku kaget.



Inikah aku?

Sebuah cangkir yang sangat cantik.

Aku baru menyadari, apa yang telah dilakukan kedua orang tadi sebenarnya sedang membentuk dan menghias tubuhku menjadi sebuah cangkir yang cantik. Semua penderitaan yang kualami kini telah selesai. Aku yang dulunya hanya sebongkah tanah yang jelek, kini telah berubah menjadi sebuah cangkir yang cantik, cangkir yang berguna dan disukai orang karena keindahanku.

Aku bersyukur kepada Tuhan.

Aku senang sekali.